Rabu, November 28, 2007

Prof. Parsudi Suparlan, Kenangan dalam 5 batang rokok

5 Batang Rokok,.....kuliah pun Selesai..
(Coretan Untuk Macan Antropologi
)
Nana Sutisna, S. Sos

Selamat Jalan Profesorku
selamat Jalan Guruku

Ketika Kamis pagi sedang menuju kantor, tiba-tiba pikiran saya menerawang tentang kenangan kuliah di antropologi, khususnya tentang antropologi agama yang di asuh oleh Prof. Parsudi Suparlan. Ketika sampai kantor, ada sebuah pesan singkat yang sampai di ponsel saya, ketika saya membaca ternyata sebuah kabar duka tentang kepergian salah satu Antropolog Indonesia. Prof. Parsudi Suparlan telah pergi. mendengar kabar tersebut seakan saya tak percaya, yang akhirnya saya mengkonfirmasi kepada beberapa kawan, apakah benar berita yang saya terima ini???..Kita telah kehilangan "Dewa" Antropologi.

Kuliah dan Gudang Garam Merah.
Buktikan Merahmu..

Kuliah Antropologi Agama, adalah pertemuan pertama saya dengan Prof. Parsudi Suparlan. Berawal dari kuliah inipulalah yang akhirnya saya merampungkan keantropologian saya dengan skripsi mengenai antropologi Agama. Teramat banyak cerita yang muncul ketika mengenang kuliah-kuliah dengan Prof. Parsudi Suparlan. Dengan suara tawa yang khas, seakan-akan beliau mengurung kita dalam kengerian sebuah ilmu. ketakutan-ketakutan selalu membayangi, takut bertanya, takut ditanya..Namun ada seorang kawan selalu berujar "kuliah sama Pak Parsudi walau menegangkan, tapi ketika keluar kelas otak terisi penuh."
Prof. Parsudi Suparlan, sebuah perlambangan tentang konsistensi seorang ilmuwan, dengan gaya nyentrik, tegas dan menusuk membuat mahasiswa-mahasiswa selalu "ngeri" dan selalu bersiap jika ingin mengadapi beliau. 4 semester saya menjadi Asisten mahasiswa untuk beberapa mata kuliah yang diasuh oleh Prof. Parsudi Suparlan, di sela-sela "manemani" itu akhir saya banyak belajar tentang sesuatu yang lain lebih dari sekedar ilmu antropologi. tentang Kecintaan terhadap Antropologi, tentang integritas dalam menjadi Pengajar, tentang kebanggan menjadi Antropolog, tentang peranan yang besar antropologi dalam pembangunan, tentang menjadi satu dalam masyarakat.
Di dalam kengerian-kengerian tersebut, saya masih dapat menyaksikan hal-hal yang tak mungkin terlupakan bagi saya dan teman-teman saya, cara beliau mengajar. Kalau beliau mengajar, ruang kelas seperti sebuah pemakaman suasana hening, setiap mahasiswa menyibukan dirinya dengan berbagai macam buku, seraya berbicara dengan buku. Selalu di mulai dengan menyalakan sebatang rokok kretek Gudang Garam Merah, walaupun ruang kelas tersebut ber AC, lalu mulai menunjuk mahasiswa-mahasiswa yang duduk dibelakang untuk menjawab beberapa pertanyaan beliau, dan jawaban mahasiswa tersebut tidak pernah memuaskan beliau, dan selalu dibalas dengan tertawa yang "mengerikan". Tidak ada buku diatas meja beliau, karena diawal mulai kuliah beliau selalu memberi beberapa buku bacaan yang wajib di baca, yang akan dipergunakan sepanjang perkuliahan. Yang selalu ada di ats meja beliau sewaktu mengajar adalah kumpulan sampah-sampah kretek yang selalu dikumpulkan olehnya. Ketika beliau menyalakan gudang garam merah yang ke5 batang, semua mahasiswa mulai dapat menghela nafas..ini suatu tanda bahwa kuliah dengan Prof. Parsudi akan segera berakhir....
Skripsiku 2 Jam.
sejak mengikuti kuliah-kuliah beliau, saya memang sudah terbius untuk mencuri ilmu dari "sang macan" ini. Menjadi asisten mahasiswa Untuk mata kuliah Prof. Parsudi merupakan kesempatan yang baik untuk saya, namun yang terjadi adalah perjuangan mental bagaimana saya harus menghadapi "dewa" yang arogan. Sampai pada akhir untuk menyelesaikan kesarjanaan saya, maka skripsi adalah perjuangan akhir yang harus diselesaikan. Kuliah-kuliah seminar saya ikuti dan perlahan-lahan saya mulai mendekati Beliau lagi. Ketika setelah sidang RD (Research Design), saya meminta beliau menjadi pembimbing skripsi saya namun jawaban beliau adalah "silahkan besok saudara datang jam 2 siang di Pasca sarjana"..... (bersambung)

4 komentar:

It's me mengatakan...

lumayan si na tapi gw agak kuang ngerti aja ma bahasa lho....
tapi tetap bagusan blog gw.... he he he...

nantropologia mengatakan...

tulisan-2 lo emang renyah Eko...tapi keren gw lah ..jauh jauah.....jaauuuuuuuuuuuuh.....

Anonim mengatakan...

ihihihi nana... gue ga pernah ngitung rokoknya parsudi. beliau emang punya karakter yang kuat. nyentrik tentu saja, but a very remarkable person. gue sempet dengan polos nanya ke ami pas ngeliat jadwal kuliah antrop yang sekarang "oh kok MA sekarang sama iwan tjitra?" terus ami menjawab "ya kan pak parsudi..." hegh... agak tertohok juga gue....

Koko Djoyosoebroto mengatakan...

a memory for good lecturer

Kalau AC ya Daikin...

AC DAIKIN: Sebuah pilihan untuk rasa nyaman dan hemat energi       Kondisi Tropis di Ibukota Jakarta sudah cukup membuat suasana dan li...